Pengomposan Media Jamur Sawit
Daftar Isi
Pengomposan media jamur sawit merupakan langkah krusial dalam budidaya jamur merang. Proses ini bertujuan untuk mensterilkan media, memicu pertumbuhan mikroorganisme bermanfaat, serta mengubah bahan organik menjadi bentuk yang mudah diserap oleh miselium jamur.

Mengapa Pengomposan Penting?
- Mensterilkan Media: Membunuh patogen dan mikroorganisme pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan jamur merang.
- Meningkatkan Kualitas Nutrisi: Mengubah bahan organik kompleks menjadi senyawa organik sederhana yang mudah diserap oleh jamur.
- Menghasilkan Panas: Panas yang dihasilkan selama pengomposan membantu membunuh hama dan penyakit.
Bahan-bahan Pengomposan
- Bahan utama. Pilih bahan utama yang akan dijadikan media kompos dengan kandungan nutrisi yang baik serta C/N Ratio (rasio Carbon terhadap Nitrogen) yang tidak tinggi. Contoh bahan-bahan yang baik untuk penumbuhan jamur sawit antara lain: tandan kosong kelapa sawit, jerami/merang padi, ampas aren/sagu, limbah kapas atau kapuk, enceng gondok dan klaras pisang. Sesuaikan dengan ketersediaan media yang ada di sekitar kita.
- Dedak/Bekatul. Dedak atau bekatul perlu ditambahkan sebagai sumber protein dan vitamin yang penting untuk pertumbuhan jamur.
- Kapur Pertanian/Dolomit. Bahan ini berfungsi untuk menyeimbangkan Ph dan menambah mineral-mineral penting yang baik untuk pertumbuhan jamur.
- Molase Tebu. Penambahan molase diperlukan untuk mempercepat proses pengomposan yang berfungsi bahan makanan bagi bakteri.
- Bakteri Starter (EM4). Penambahan EM4 juga dapat dilakukan sebagai upaya percepatan proses pengomposan.
Jenis-jenis Pengomposan
Terdapat dua jenis proses pengomposan pada jamur, yaitu:
- Anaerob (Pengomposan Tertutup). Proses pengomposan ini memanfaatkan bakteri anaerob (tidak membutuhkan oksigen). Pada pengomposan ini dilakukan penutupan secara rapat pada media yang dikompos.
- Aerob (Pengomposan Terbuka). Pada pengomposan jenis ini memanfaatkan bakteri aerob (membutuhkan oksigen). Jenis pengomposan ini membutuhkan aerasi atau aliran udara/oksigen yang dimasukkan ke dalam bungker kompos.
Tahapan Pengomposan
- Pencampuran. Tahap ini adalah pencampuran bahan-bahan pembuatan kompos untuk penumbuhan jamur, seperti dedak/bekatul, kapur pertanian/dolomit, molase dan bakteri starter.
- Penyusunan. Kompos disusun setinggi minimal 60 cm. Jika pengomposan dilakukan secara aerob perlu ditambahkan pipa-pipa aerasi untuk oksigen. Setelah itu kompos ditutup agar tidak terkena matahari langsung dan air hujan.
- Pembalikan dan Penyiraman. Kompos perlu dilakukan pembalikan dan penyiraman agar proses pengomposan dapat berjalan secara optimal.
Ciri-ciri Kompos yang Berhasil
Kompos yang sudah siap untuk pertumbuhan jamur adalah:
- C/N Ratio. Kompos lunak/lembut saat dipegang, berwarna cokelat kehitaman. C/N Ratio kompos yang baik untuk pertumbuhan jamur adalah 15 sd 20.
- Bau. Kompos yang berhasil memiliki bau khas tanah, tidak menyengat serta tidak berbau busuk.
- Keasaman (Ph). Tingkat keasaman atau Ph kompos yang baik berkisar 6,5 sd 8.
- Kandungan air (Moisture). Kandungan air/kelembapan atau moisture kompos 50 sd 60%.
- Suhu. Suhu kompos saat sudah siap/matang adalah 55 sd 60 C.